Pemotongan DBH Legislator Usulkan Efisiensi Anggaran di Komisi-Komisi
Table of content:
Ketua Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta, Judistira Hermawan, menyerukan pentingnya untuk merespons rencana pemotongan Dana Bagi Hasil (DBH) dengan sikap positif. Hal ini bukan hanya menyangkut DKI Jakarta saja, tetapi juga merujuk pada kebijakan yang berdampak pada seluruh provinsi dan kabupaten kota di Indonesia.
Judistira menegaskan bahwa pemotongan ini harus disikapi secara bijak oleh semua pihak. Dia menjelaskan bahwa, dengan melakukan penyisiran terhadap anggaran yang ada, pemerintah provinsi DKI dapat mengatasi dampak pemotongan ini secara lebih efektif.
Menurutnya, kebijakan anggaran harus memprioritaskan isu-isu krusial seperti penanganan banjir dan kemacetan serta masalah sosial yang dihadapi masyarakat seperti pendidikan dan penciptaan lapangan kerja. Dengan fokus pada masalah-masalah tersebut, diharapkan dana yang efisien dapat memberi manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Strategi Penyisiran Anggaran untuk Efisiensi
Judistira memperkirakan bahwa semua komisi di DPRD DKI akan terlibat dalam penyisiran anggaran APBD DKI Jakarta. Dia menyatakan bahwa upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa anggaran sebesar Rp75-77 triliun dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
“Dalam menjalankan penyisiran ini, kita harus cermat dan teliti,” ujarnya. Hal ini bertujuan untuk menyingkirkan pos anggaran yang dianggap tidak relevan atau tidak efektif dalam mencapai tujuan pembangunan.
Judistira juga menyoroti pentingnya fleksibilitas dalam mengelola anggaran. Dia menekankan bahwa anggaran harus dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, setiap rupiah yang dikeluarkan dapat memberikan hasil yang sesuai harapan.
Pemotongan Anggaran Pada Kegiatan Seremonial
Salah satu area yang diprediksi akan mengalami efisiensi adalah anggaran untuk kegiatan seremonial. Judistira menjelaskan bahwa sebagian besar kegiatan ini cenderung tidak memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
“Kita harus mengidentifikasi program-program yang dirasa kurang tepat atau kurang memberikan manfaat,” tegasnya. Hal ini bisa meliputi kegiatan yang lebih bersifat formal ketimbang substansial dalam mendukung masalah yang dihadapi warga Jakarta.
Contoh yang diambil adalah pemborosan anggaran dalam rapat kerja di beberapa Dinas dan SKPD. Judistira menggarisbawahi bahwa rapat yang tidak produktif harus diminimalisir, agar anggaran dapat dialokasikan ke sektor yang lebih mendesak.
Membangun Kesadaran Kolektif untuk Korban Pemotongan
Judistira menekankan bahwa semua pihak, termasuk masyarakat, harus memiliki kesadaran akan dampak pemotongan DBH. Dia berharap bahwa dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat bersikap lebih adaptif terhadap perubahan yang mungkin terjadi.
“Kita perlu menciptakan atmosfer kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya. Dengan cara ini, diharapkan setiap kebijakan yang diterapkan dapat lebih dirasakan manfaatnya.
Pemerintah juga diharapkan dapat membuka dialog dengan masyarakat untuk mengenali kebutuhan dan harapan mereka. Ini penting untuk membangun ikatan yang lebih kuat antara pemerintah dan warga Jakarta.
Arah Kebijakan Anggaran ke Depan
Kedepannya, Judistira berharap agar kebijakan anggaran lebih terfokus pada prioritas yang benar-benar diperlukan masyarakat. Menurutnya, saatnya untuk merumuskan kembali cara-cara pengelolaan anggaran agar lebih efisien dan efektif.
“Kita harus belajar dari situasi ini untuk mengatur anggaran di masa depan,” ujarnya. Diharapkan dengan pengalaman ini, pengelolaan keuangan daerah dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Kesadaran akan pentingnya pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel juga harus ditingkatkan. Hal ini akan mendorong kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengelola sumber daya yang ada.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








