Kecanggihan AI dan Risiko Kekerasan Baru yang Dihadapi Perempuan
Table of content:
Di era digital saat ini, isu kekerasan terhadap perempuan terus meningkat, terutama di dunia maya. Hal ini mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi, termasuk UN Women, yang menyoroti adanya penyalahgunaan teknologi seperti aplikasi DeepFake yang berbahaya bagi perempuan.
Aplikasi DeepFake memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengubah wajah seseorang dalam video atau gambar, menjadikannya sasaran mudah untuk eksploitasi. Meski tampaknya hanya tren teknologi, dampak negatif yang ditimbulkan jauh lebih besar dari yang dibayangkan.
Salah satu dampak signifikan adalah penggunaan DeepFake untuk kejahatan seksual dan penyebaran informasi pribadi yang merugikan. Dalam konteks ini, menciptakan ilusi atau manipulasi informasi menjadi salah satu modus operandi yang sangat berbahaya.
Mengapa Aplikasi DeepFake Menjadi Masalah Besar di Era Digital?
DeepFake tidak hanya sekadar alat untuk hiburan, melainkan juga bisa digunakan untuk tindakan kriminal. Dengan kemampuannya yang canggih, hasil dari teknologi ini seringkali sangat realistis, membuat individu sulit untuk membedakan antara yang asli dan yang palsu.
Penyalahgunaan aplikasi ini seringkali dianggap sebagai tindakan pelanggaran privasi yang serius. Banyak wanita yang menjadi target, di mana foto dan video mereka disalahgunakan untuk tujuan yang tidak etis.
Ini menjadi fokus perbincangan di kalangan aktivis, yang mendesak untuk perlunya regulasi lebih ketat terkait penggunaan teknologi ini. Tanpa ada batasan hukum yang jelas, kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan ini berpotensi semakin besar.
Dampak Sosial dari Penyalahgunaan Teknologi Terhadap Perempuan
Ketika perempuan dijadikan sasaran penyebaran konten DeepFake, dampaknya tidak hanya bersifat virtual, tetapi bisa mengalahkan batasan dunia nyata. Hal ini dapat menurunkan harga diri korban, mengakibatkan trauma psikologis yang berkepanjangan.
Kekerasan semacam ini juga memperkuat sikap misoginis di masyarakat. Dengan terus-menerus melihat perempuan dilawan dan direndahkan melalui gambar dan video yang dimanipulasi, masyarakat cenderung menganggap ini sebagai sesuatu yang wajar.
Satu contoh konkret adalah tindakan doxing, di mana informasi pribadi korban disebarkan secara online. Ini bukan hanya menciptakan rasa takut, tetapi juga dapat mengakibatkan serangan fisik di dunia nyata.
Peran Astroturfing dalam Memperkuat Stereotip Gender
Astroturfing menjadi salah satu istilah yang menarik perhatian dalam pembahasan ini. Dalam konteks isu perempuan, astroturfing merujuk pada strategi untuk menciptakan ilusi dukungan atas pergerakan yang sebenarnya tidak ada.
Misalnya, dengan mengangkat isu tentang perempuan yang mengadopsi peran tradisional sebagai hal yang positif, di baliknya terdapat agenda yang memperkuat stereotip gender. Ini bisa jadi cara untuk mengekang peran perempuan dalam masyarakat modern.
Dampak dari astroturfing ini cukup berbahaya, karena mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar, seperti kekerasan berbasis gender dan diskriminasi. Ketika diskusi publik terfokus pada isu kecil ini, masalah besar sering terabaikan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







