Viral Mahasiswa Baru Dipaksa Cium Kening, Rektorat Ambil Tindakan Tegas
Table of content:
loading…
Viral dugaan aksi perpeloncoan kepada mahasiswa baru (maba) Universitas Sriwijaya (Unsri) yang dipaksa mencium kening temannya di salah satu kegiatan kampus. Foto ini menjadi perhatian luas di kalangan masyarakat dan mahasiswa, menimbulkan perdebatan tentang etik dan budaya kampus yang seharusnya bebas dari tindakan semacam itu.
Fenomena ini menggambarkan dinamika sosial yang sering kali terjadi di lingkungan pendidikan tinggi. Banyak orang tua dan masyarakat berharap universitas menjadi tempat yang aman dan mendidik, bukan lokasi untuk praktik perpeloncoan yang merugikan.
Pengamatan ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meninjau kembali budaya orientasi mahasiswa baru. Semua pihak, termasuk pengurus mahasiswa, harus aktif berkontribusi untuk menciptakan budaya yang positif dan membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan lingkungan kampus.
Dampak Sosial Dari Perpeloncoan Mahasiswa Baru
Perpeloncoan, meskipun dianggap tradisi oleh sebagian orang, sebenarnya membawa dampak negatif yang signifikan bagi psikologi mahasiswa baru. Tindakan ini sering kali memicu rasa takut dan cemas, yang seharusnya tidak perlu dialami oleh mahasiswa yang ingin memulai studi mereka.
Situasi tersebut berpotensi mengisolasi mahasiswa baru dari teman-teman seangkatan, menciptakan jarak sosial yang tidak sehat. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menjadi hambatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan akademik dan non-akademik di kampus.
Selain itu, perpeloncoan dapat mempengaruhi citra universitas di mata masyarakat serta calon mahasiswa. Ketika tindakan ini menjadi viral, dampaknya tidak hanya dirasakan di dalam lingkungan kampus, tetapi juga di luar, yang berujung pada stigma negatif.
Langkah Rektor dan Tindakan Pihak Kampus
Pihak rektorat Universitas Sriwijaya dengan cepat merespons kejadian ini dengan langkah-langkah tegas. Mereka mengumumkan bahwa tindakan disiplin akan diberlakukan bagi mereka yang terlibat dalam aksi perpeloncoan tersebut.
Langkah ini menunjukkan komitmen kampus untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi semua mahasiswa. Rektor juga berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan kemahasiswaan untuk memastikan tidak ada tindakan serupa yang akan terulang.
Pihak kampus harus mengambil pendekatan proaktif dalam mendidik mahasiswa tentang etika dan relasi sosial. Mengadakan seminar atau workshop tentang perlunya menghormati sesama bisa menjadi langkah awal yang baik.
Mendorong Budaya Positif di Kalangan Mahasiswa
Untuk menciptakan budaya yang positif, peran aktif dari organisasi kemahasiswaan sangat penting. Organisasi perlu membangun kesadaran akan pentingnya sikap saling menghormati dan berkolaborasi tanpa tekanan.
Inisiatif seperti kampanye anti-perpeloncoan bisa dimulai untuk mengedukasi mahasiswa baru tentang cara berinteraksi yang sehat dan mendukung. Kampus bisa memfasilitasi kegiatan yang mendorong kerja sama dan pengembangan diri tanpa adanya intimidasi.
Ketika mahasiswa merasa dihargai dan aman, maka mereka akan lebih terbuka untuk berpartisipasi dalam aktivitas akademik maupun sosial. Pembangunan komunitas yang inklusif akan semakin memperkuat hubungan antar mahasiswa dan menjadikan suasana kampus lebih menyenangkan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







