Universitas Ternama di Korea Selatan Menolak Pelaku Bullying Mulai 2026
Table of content:
loading…
Korea Selatan baru saja mengeluarkan kebijakan pendidikan yang penting. Mulai tahun 2026, universitas-universitas ternama di negara ini akan menolak calon mahasiswa yang memiliki catatan bullying di sekolah.
Kebijakan ini memberikan pukulan signifikan bagi para pelaku kekerasan siswa, terutama ketika mereka berusaha melanjutkan pendidikan tinggi. Universitas utama seperti Seoul National University mencatat bahwa ini adalah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di dalam sistem pendidikan mereka.
Kegiatan bullying di sekolah telah menjadi masalah serius di Korea Selatan, sehingga tindakan tegas ini diambil. Dengan adanya peraturan baru ini, diharapkan akan ada perubahan perilaku di kalangan pelajar.
Kebijakan Baru Pendidikan Tinggi di Korea Selatan dan Dampaknya
Pada dasarnya, kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan kondusif. Universitas-universitas yang terlibat berupaya menjaga integritas akademik dan moral di kalangan mahasiswa mereka.
Dengan adanya aturan baru yang ketat ini, para calon mahasiswa diharuskan untuk mempertimbangkan tindakan mereka di masa lalu. Ini juga menjadi sinyal bagi sekolah-sekolah menengah untuk lebih serius dalam menangani masalah bullying.
Pembentukan lingkungan belajar yang positif ini bukan hanya menjadi tugas universitas, tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat. Semua elemen pendidikan harus berkontribusi untuk menciptakan suasana yang mendukung keadilan dan saling menghormati.
Proses Penerimaan Mahasiswa dalam Sistem Baru
Sejak penerapan kebijakan ini, banyak universitas negeri di Korea Selatan mulai melakukan penolakan terhadap pelamar yang memiliki sejarah kekerasan. Data menunjukkan bahwa enam dari sepuluh universitas terkemuka telah menolak sejumlah pelamar pada tahun 2025.
Dalam rincian lebih lanjut, Seoul National University dan Kyungpook National University menjadi universitas yang paling memperhatikan riwayat pelanggaran kekerasan. Hal ini membuktikan bahwa institusi pendidikan tinggi semakin ketat dalam proses seleksi mereka.
Aturan yang menetapkan bahwa semua catatan pelanggaran di atas level tertentu harus dicatat secara permanen memberikan dampak jangka panjang bagi siswa yang terlibat. Mereka tidak hanya kehilangan kesempatan di universitas, tetapi juga reputasinya di masyarakat.
Perubahan dalam Penanganan Kasus Bullying di Sekolah
Pendidikan di Korea Selatan kini harus menghadapi tantangan baru dalam penanganan kasus bullying. Ketika sebelumnya pelanggaran ringan bisa diselesaikan dengan mediasi, kini langkah tegas diperlukan untuk mencegah perilaku tersebut terjadi.
Klasifikasi pelanggaran kekerasan di sekolah dalam sembilan level menunjukkan tingkat keseriusan yang berbeda. Siswa yang terlibat dalam pelanggaran di level tinggi seperti pengeluaran dari sekolah harus siap menghadapi dampaknya di masa depan.
Bahwa perubahan sistem ini dapat mengurangi insiden bullying di masa depan hanya bisa terjadi jika semua pihak berpartisipasi aktif. Upaya kolektif antara sekolah, orang tua, dan pemerintah sangat penting untuk mencapai tujuan ini.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







