Usut Dugaan Bullying di SMPN 19 Tangsel, Polisi Periksa Guru Terkait
Table of content:
Dalam sebuah insiden tragis yang mengguncang komunitas di Tangerang Selatan, seorang siswa berinisial MH yang berusia 13 tahun ditemukan meninggal dunia. Kejadian ini diduga berkaitan dengan tindakan perundungan yang dialaminya di sekolah, yang menimbulkan gelombang keprihatinan di kalangan masyarakat dan orang tua mahasiswa.
Polres Tangerang Selatan saat ini sedang menginvestigasi kasus ini dan telah meminta keterangan dari sejumlah saksi. Dari keterangan yang diperoleh, setidaknya enam orang, termasuk guru, telah dimintai informasi terkait insiden tersebut yang melibatkan siswa SMP Negeri 19.
Kasie Humas Polres Tangsel, AKP Agil, mengungkapkan bahwa penyidik telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan fakta-fakta akurat. Hal ini menunjukkan komitmen dari pihak berwajib untuk memastikan keadilan dalam kasus yang sangat sensitif ini.
Investigasi Kasus Meninggalnya Siswa dan Prosedur yang Dilakukan
Direktur investigasi, Agil, memberikan informasi bahwa pihaknya terus mengumpulkan bukti dan keterangan dari pihak-pihak terkait. Dalam proses penyelidikan, saksi-saksi yang memberikan keterangan akan dianalisis untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Prosedur ini diharapkan bisa memberikan kejelasan dan mencegah terulangnya kasus serupa.
Menurut laporan, penyidik juga telah berupaya menemui korban selama masa perawatan di rumah sakit. Pihak keluarga siswa, yang mendampingi selama proses tersebut, menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap kondisi anak mereka.
Agil juga menegaskan bahwa Kapolres Tangsel, AKBP Victor Inkiriwang, turut menyampaikan duka cita mendalam dan berkomitmen untuk menangani kasus ini secara profesional. Harapan ini menunjukkan langkah serius dari pihak kepolisian dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan anak-anak di lingkungan pendidikan.
Detail Insiden Perundungan yang Dialami Siswa
Peristiwa yang merenggut nyawa MH terjadi pada 20 Oktober di sekolahnya. Ketika itu, siswa yang menjadi korban diduga mengalami penganiayaan fisik oleh teman-teman sekelasnya. Penggunaan bangku besi sebagai alat pemukulan menunjukkan tingkat kekerasan yang mengkhawatirkan dalam insiden tersebut.
Setelah insiden tersebut, korban mulai mengeluhkan sakit yang berkepanjangan. Ketika keluarga menelusuri lebih dalam, mereka menemukan bahwa MH telah menjadi korban perundungan yang berulang kali, dari mulai dipukul hingga ditendang oleh teman-teman sekelasnya.
Kakak korban, Rizki, menjelaskan bahwa adiknya sempat dirawat di sebuah rumah sakit swasta di wilayah Tangerang Selatan. Namun, karena kondisinya tidak kunjung membaik, ia pun dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati di Jakarta Selatan.
Respon dan Duka Cita dari Keluarga dan Masyarakat
Setelah lebih dari seminggu menjalani perawatan intensif akibat luka serius yang dideritanya, MH akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Keluarga sangat terpukul dengan kehilangan ini dan mendesak pihak berwajib untuk menuntaskan kasus perundungan yang menimpa adik mereka.
Kuasa hukum keluarga, Alvian Adji Nugroho, menyampaikan bahwa kabar duka datang dari paman korban yang berada di rumah sakit. Reaksi emosional ini memperlihatkan betapa besar dampak emosional yang ditimbulkan oleh peristiwa ini, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Peristiwa ini menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang aman bagi anak-anak di sekolah. Banyak orang mulai mengajak diskusi soal bagaimana cara mencegah perundungan agar tidak merenggut nyawa anak-anak lainnya di masa depan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







