Usulan Pengelolaan MBG oleh Sekolah Setelah Kasus Keracunan
Table of content:
Usulan untuk menyediakan makanan bergizi secara gratis (MBG) yang dikelola oleh sekolah atau komunitas semakin menguat. Evaluasi program ini dikemukakan oleh berbagai pihak, termasuk lembaga peneliti dalam konferensi pers peluncuran MBG Watch yang diadakan baru-baru ini.
Melihat kondisi terkini, penting untuk memastikan bahwa program ini berakar dan terhubung langsung dengan penerima manfaat di lapangan. Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa makanan yang disajikan tidak mencerminkan budaya lokal dan bahkan berasal dari luar daerah.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai validitas dan efektivitas pelaksanaan program MBG yang dikembangkan. Sebuah studi yang dilakukan di Sumba menunjukkan bahwa banyak komoditas untuk MBG justru tidak berasal dari hasil lokal, sehingga mengurangi dampak positif dari program tersebut.
Pentingnya Pengelolaan Lokal dalam Program Makanan Bergizi Gratis
Guru Besar dari Universitas Gajah Mada juga menyatakan pendapat senada. Menurutnya, MBG sebaiknya dikelola langsung oleh kantin di setiap sekolah agar lebih relevan dan terfokus pada kebutuhan siswa. Dengan cara ini, kesegaran makanan bisa terjaga serta mengurangi risiko keracunan yang sering terjadi.
Selama sepuluh bulan terakhir, pelaksanaan program ini telah menghadapi banyak tantangan. Kasus keracunan makanan mencuat dan mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap program yang seharusnya memberikan manfaat.
Guru besar tersebut juga mengingatkan bahwa masalah bukan terletak pada ide yang dimiliki, melainkan pada mekanisme pelaksanaan yang tidak berjalan efektif. Tanpa koordinasi yang baik, tujuan besar dari program ini bisa terancam gagal.
Kemandirian Komunitas dalam Pemenuhan Nutrisi
Pengalihan pengelolaan ke pihak sekolah dapat membantu mendongkrak ekonomi lokal. Dengan keterlibatan UMKM di sekitar sekolah, bahan baku untuk makanan bergizi bisa memenuhi kebutuhan siswa secara lebih baik. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi petani lokal untuk berkontribusi dalam penyediaan bahan pangan.
Dengan total alokasi dana yang lebih utuh seperti yang diajukan, setiap porsi makanan bergizi akan lebih terjamin kualitasnya. Konsep ini akan membantu memastikan bahwa setiap anak menerima makanan yang tepat dan bergizi.
Penting bagi pemerintah pusat untuk mempelajari metode pelaksanaan program semacam ini dari negara lain yang telah berhasil. Dengan menggunakan sistem kantin sekolah, diharapkan makanan dapat disajikan dengan lebih segar dan lebih terkontrol.
Aksi Protes dan Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap MBG
Dari data yang dikeluarkan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia, terlihat adanya lonjakan angka keracunan yang sangat mencemaskan. Lebih dari 10 ribu anak menjadi korban, yang menunjukkan bahwa ada masalah serius dalam implementasi di lapangan. Korban keracunan meningkat setiap minggu, dan hal ini menambah keprihatinan publik.
Beberapa waktu lalu, sekelompok ibu-ibu di Yogyakarta melakukan tindakan protes dengan membunyikan peralatan memasak. Protes ini bertujuan untuk menarik perhatian terhadap pelaksanaan program MBG yang dianggap tidak memadai dan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi yang seharusnya diterima anak-anak.
Mereka mengharapkan adanya evaluasi yang lebih transparan serta pengelolaan yang melibatkan pakar gizi, bukan hanya mereka yang memiliki latar belakang militer. Ketidakpuasan tersebut mencerminkan keresahan masyarakat terhadap kualitas makanan yang disediakan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







